{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}



Setelah berolahraga lari, tubuh dianjurkan untuk diberi asupan air dengan suhu 15 hingga 20 derajat Celsius agar dapat segera memulihkan energi yang sudah terkuras.

"Suhu 15 hingga 20 derajat Celsius adalah yang terbaik, tubuh akan sangat mudah menyerapnya, dan itu cara paling cepat untuk melakukan penggantian (cairan dan energi)," kata praktisi kesehatan Dr Ermita I Ilyas setelah diskusi Saferunning di Jakarta, Sabtu.

Dalam beberapa kasus dehidrasi yang dialami pelari, kata Ermita, air dengan suhu 15 hingga 20 derajat Celcius juga merupakan cairan yang digunakan tim medis untuk mengobati dehidrasi, di mana seseorang sudah mengalami kekurangan cairan sebesar dua persen dari berat badan orang itu.

Air yang dikonsumsi juga dianjurkan mengandung natrium dan glukosa agar dapat mengganti elektrolit yang hilang dibawa keringat yang keluar dari tubuh. Natrium dan glukosa juga dapat mencegah hiponatremia dan memberikan cadangan kabrohidrat untuk tubuh.

Selain itu, dia menjelaskan pelari yang berlari dengan kecepatan lamban dengan jarak yang jauh, seperti lima hingga 10 kilometer membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak dibandingkan dengan pelari cepat yang berlari dalam jarak yang relatif lebih pendek.

"Pelari lamban memerlukan cairan lebih banyak daripada pelari sprint.  Cairan dingin yang mengandung natrium dan glukosa kadar tertentu," ujar Ermita,  yang kerap berpartisipasi sebagai delegasi medis dalam ajang maraton internasional.

Para pelari juga sebaiknya mengonsumsi air secapatnya sesudah berlari untuk mengganti cairan tubuh dan energi atau glikogen yang sudah digunakan otot saat berlari. Biasanya tubuh mampu menyerap 300 mililiter air dalam waktu 15 menit.

Post a Comment

Powered by Blogger.