{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

S


IDAGURI merupakan salah satu jenis tanaman obat dari famili Malvaceae. Tanaman ini adalah tanaman semak yang tumbuh liar dan banyak ditemui di tepi selokan, sungai, dan di bawah pohon besar. Sidaguri tersebar pada daerah tropis di seluruh dunia dari dataran rendah sampai ketingian 1450 m di atas permukaan laut. Bentuk batang agak berkayu, bulat, dan bewarna kecoklatan. Daunnya berjenis tunggal dengan letak daun berseling berbentuk jantung. Buahnya buah batu terdiri dari 8–10 kendaga, dengan buah muda berwarna hijau dan buah tua berwarna hitam. Salah satu khasiat utama sidaguri yakni menyembuhkan penyakit asam urat yang sering diderita baik lelaki maupun perempuan di atas usia tiga puluh tahun (Holm et al, 1997). 

Kandungan Sidaguri
Daunnya mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak asiri. Batang Sidaguri mengandung kalsium oksalat dan tanin. Sementara bagian akar mengandung alkaloid, steroid, dan efedrine. Alkaloid dan efedrine yang terkandung dalam Sidaguri menyebabkan orang harus berhati-hati dalam mengkonsumsinya. Orang yang sensitif terhadap alkaloid efedrine tidak disarankan untuk menggunakannya. Begitu pula anak-anak, wanita hamil dan menyusui (Djauhariya, 2004).

Manfaat Sidaguri
Kandungan polifenol dan flavonoid pada akar bersifat diuretik, sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin. Sidaguri juga dapat menghambat produksi enzim xantin oksidase (XO), yang merupakan enzim penting yang turut berperan dalam sintesa asam urat. Tanpa adanya XO, maka asam urat tidak akan terbentuk dan serangan gout tidak dapat terjadi. Kemampuan ekstrak kasar flavonoid sidaguri sebagai penghambat aktivitas XO mencapai 55.29% melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Selain untuk asam urat dan rematik, Sidaguri bermanfaat untuk flu, demam, malaria, radang amandel, radang usus, disentri, sakit perut, sakit kuning, kencing batu, bisul, radang kulit bernanah, dan eksim. Khusus untuk akarnya, digunakan untuk mengatasi influenza, asma, sakit gigi, sariawan, disentri, susah buang air besar/sembelit dan rematik (Prakoso, Budi. 2007).

Efek Farmakologis
Tanaman manis, pedas dan sejuk. Masuk meridien jantung, hati, paru, usus besar dan kecil. Anti radang (anti inflamasi), peluruh kencing (diuretik) dan menghilangkan sakit (analgetik). Akar, manis, tawar, dan sejuk (Prakoso, Budi. 2007).

Cara Penggunaan untuk Menyembuhkan Asam Urat
Cabut 5 batang Sidaguri, lalu potong bagian atas sehingga bagian yang tersisa hanyalah akarnya. Cuci bersih, dan rebus dalam gelas atau wadah lain sampi air menyusut menjadi setengahnya. Saring dan biarkan dingin (simpan semalam dalam gelas atau wadah tertutup), lalu minum secara teratur 1 hingga 2 kali dalam sehari. Akar yang telah direbus tidak dapat diperguanakan 2 kali. Langsung buang setelah digunakan (Prakoso, Budi. 2007).

Asam Urat
Penyakit asam urat atau sering disebut artritis goutmerupakan kelainan metabolik akibat deposisi kristal natrium urat pada jaringan atau akibat supersaturnasi asam urat di dalam cairan ekstra seluler. Asam urat adalah senyawa alkaloid turunan purin (xantin). Asam urat (C5H4N4O3) merupakan kristal putih, tidak berbau dan berasa, mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN), sangat sukar larut  dalam air, larut dalam gliserin  dan alkali. Asam urat dapat larut pada larutan dengan pH tinggi dan dapat pula dipanaskan untuk membantu kelarutannya hingga suhu 60°C. Natrium urat adalah kristal yang terbentuk akibat tingginya konsentrasi asam urat dalam darah. Kristal natrium urat terkumpul pada persendian  dan tulang rawan.  Natrium urat sama halnya dengan asam urat,  sukar larut dalam air. Faktor yang mempengaruhi pembentukan  kristal natrium urat  ialah  pH, suhu, kekuatan ionik, dan konsentrasi Na+. Bentuk geometris kristal natrium urat adalah triklin atau berbentuk jarum  (Rinaudo & Boistelle 1982). Penyakit asam urat umumnya menyerang lebih banyak pria daripada perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen  yang ikut  membuang  asam urat melalui urin. Kadar asam urat rata-rata di dalam darah atau serum bergantung pada usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki, sebelum pubertas kadarnya sekitar 3,5 mg/dl. Setelah pubertas, kadarnya meningkat  secara bertahap dan dapat mencapai 5,2 mg/dl. Pada perempuan kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru pada usia pramenopause kadarnya di dalam darah rata-rata sekitar 4 mg/dl. Setelah menopause, kadarnya meningkat lagi sampai 4,7 mg/dl (Dalimartha 2006).  Hiperurisemia  adalah peningkatan kadar asam urat serum di atas nilai normal, yang pada laki-laki di atas 7 mg/dl dan pada perempuan di atas 6 mg/dl.  Hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit gout (Dalimartha 2006).

Xantin Oksidase
Xantin oksidase (XO) berperan penting dalam katabolisme purin. XO mempunyai 2 bentuk, yaitu XO dan xantin dehidrogenase (XDH). XO merupakan enzim yang tersebar luas dalam beberapa spesies dari bakteri hingga manusia. Di dalam tubuh, XO ditemukan di sel hati dan otot, tetapi tidak ditemukan di dalam darah. XO merupakan suatu kompleks enzim yang terdiri atas 1332 residu asam amino, molibdenum (HO2SMo), FAD, dan Fe2S2sebagai pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275000 Dalton membentuk 2 subunit yang saling setangkup. Senyawa yang dapat berfungsi sebagai penstabilisasi XO diantaranya adalah salisilat, sistein, histamin, dan versenat.  Sementara senyawa yang dapat menginhibisi XO berupa ion logam, urea, purin-6-aldehida, dan 2-amino-4-hidroksipteridin-6 aldehida. XO mengkatalis oksidasi hipoxantin menjadi xantin lalu menjadi asam urat yang berperan penting pada  penyakit gout. Pada saat bereaksi dengan xantin untuk membentuk asam urat, atom oksigen ditransfer dari molibdenum ke xantin. Perombakan pusat molibdenum yang aktif terjadi dengan penambahan air (Cos et al. 1998).
Xantin+ 2O2 + H2O à asam urat  + 2O2-+2H+
Xantin+O2+  H2O à asam urat   +    H2O2
Selama proses oksidasi molekul, oksigen bertindak sebagai akseptor elektron menghasilkan radikal superoksida (O2) dan hidrogen peroksida. Satu unit XO dapat mengkonversi  satu mikromol substrat (xantin) menjadi asam urat tiap satu menit pada pH optimum (pH 7.5) dan suhu optimum (25°C). Apabila substratnya hipoxantin, aktivitasnya menjadi 50% atau setengahnya. XO dapat diisolasi dari berbagai macam sumber seperti susu, mikroorganisme, dan buttermilk. XO memiliki pengaruh antitumor dan berperan aktif dalam timbulnya panas akibat penyimpanan hepatik ferritin dalam plasma. Selain itu, XO diketahui dapat mengkatalisis reduksi nitrat dan nitrit menjadi nitrit oksida dan sekaligus menyebabkan pembentukan radikal superoksida yang dapat menyebabkan peradangan. Produksi asam urat berlebih dapat menyebabkan hiperurisemia namun ketika asam urat disimpan di dalam persendian akan menyebabkan peradangan  dan penyakit  gout (Kadota et al, 2004).

Flavonoid
Flavonoid tersebar luas di alam, terutama dalam tumbuhan tingkat tinggi dan jaringan muda. Sekitar 5–10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan grup senyawa alami dengan ragam struktur fenolat yang dapat ditemukan pada buah, sayuran, gandum, batang, akar, cabang, bunga, teh, dan anggur (Middleton 1998). Flavonoid mempunyai kerangka dasar yang terdiri atas 15 atom karbon dengan 2 cincin benzena terikat pada suatu rantai propana membentuk susunan C6-C3-C6(Gambar 4). Susunan tersebut dapat menghasilkan  3  struktur, yaitu 1,3-diaril propana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid), dan 1,1-diarilpropana (neoflavonoid) (Markham 1988).
Flavonoid sebagai derivat benzo-γ-piron mempunyai banyak kegunaan di  samping fungsinya yang pokok sebagai vitamin P untuk  meningkatkan resistensi dan menurunkan permeabilitas kapiler darah. Efek lain flavonoid sangat banyak macamnya terhadap berbagai organisme dan efek ini dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan.  Flavonoid dapat bekerja sebagai antivirus,  antialergi,  antimikroorganisme, dan antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas yang dapat menyebabkan tumor (Middleton 1998). Flavonoid dikenal sebagai antioksidan dan memberikan daya tarik sejumlah peneliti untuk meneliti flavonoid sebagai obat yang berpotensi mengobati penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Flavonoid juga penghambat efektif dari beberapa enzim termasuk XO, siklooksigenase, dan lipooksigenase. Flavonoid berpotensi dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit gout dan ischemia dengan cara menurunkan konsentrasi asam urat dan penangkapan aktivitas superoksida dalam jaringan manusia. Flavon memiliki aktivitas inhibisi lebih kuat dibandingkan flavonol.  Senyawa krisin, apigenin, luteolin,  galangin,  kaempferol,  dan quarsetin  memiliki aktivitas  penghambat  XO dan senyawa yang memiliki aktivitas inhibisi paling kuat adalah senyawa luteolin (Cos  et al.  1998). ■ http://herbal-sehat-indonesia.blogspot.com

DAFTAR PUSTAKA
Cos ,P., Ying, L., Calomme, M., Hu, J.P., Cimanga, K., Poel, B.V., Pieters, L., Vlietinck, A.J., and Berghe, D.V. 1998. Structure-Activity Relationship and Classification of Flavonoids as Inhibitors of Xanthine Oxidase and Superoxide Scavengers, J.Nat. Prod., 61 : 71-76.
Dalimartha S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Edisi 4. Puspa Swara, Anggota Ikapi. Jakarta. 56 – 61.
Djauhariya, E. dan Hernani. 2004. Tanaman Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Holm, L., J. Doll, E. Holm, J. Pancho, and J. Herberger. 1997. World weeds. John Wiley and Sons, Inc. New York. 1,129 p.
Kadota et al. 2004. Xanthine Oxidase inhibitory activity of Vietnamese medicinal plants. Biol. Pharm. Bul :1414–1421.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, 1-103. terjemahan Kosasih Padmawinata.  Bandung. Penerbit ITB.
Midleton, E., Kandaswami., Theoharis. 1998. The effect of Plant Flavonoids on Mammalian Cells: Implication For Inflammation, Heart Disease & Cancer. Pharmacological Reviews. 52(4): 711-722
Prakoso, Budi. 2007. Siguri Meringankan Obat Asam Urat-Rematik. Penebar Swadaya. Jakarta
Rinaudo C, Boistelle R. 1982. Theoretical and experimental growth morphologies of sodium urate crystals. J. Cryst. Growth 57:432-442.

Post a Comment

Powered by Blogger.