Ki-ka: Rudi Ependi, Erna Irnawati, Asep Hilman, Kidup Supriadi, Ruwiyati Ahmadi, dan Mark Heyward menyimak paparan daerah. |
Cirebon – Guru-guru berusia muda sepatutnya memacu keprofesian diri dengan upaya terus-menerus meningkatkan daya abstraksi dan komitmennya. Setiap guru di Jawa Barat, baik guru sekolah maupun guru madrasah, didorong untuk mengembangkan keprofesian diri dengan menumbuhkan soft skills, meliputi integritas, kecerdasan, inovasi, inisiatif, idealisme, kemandirian, empati, kesabaran, dan sifat positif lainnya.
Demikian diungkapkan oleh Asep Hilman, kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, pada lokakarya perencanaan strategis pengembangan keprofesian berkelanjutan guru (PKB) tingkat Jawa Barat di Cirebon, Selasa (15/3). Lokakarya diselenggarakan atas kerjasama Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID), melalui program PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunity for Reac hing Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students), dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat, untuk menyusun strategi pengembangan keprofesian berkelanjutan guru (PKB). Hadir di sini, para pihak pemangku kepentingan pendidikan di Jawa Barat dan dua belas kabupaten/kota mitra USAID, yang terkait langsung dengan peningkatan kualitas dan kapasitas guru. Peserta lokakarya meliputi para perwakilan dinas pendidikan, kementerian agama, Bappeda, LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), P4TK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan), dan perguruan tinggi.
Sediono Abdullah dari P4TK Jawa Barat mengatakan, pihaknya mengembangkan keprofesian guru dengan mengacu pada kondisi titik-injak (baseline) para guru, agar jelas pembinaan macam apa yang dibutuhkan guru. Sasaran pokok P4TK adalah meningkatkan keprofesian guru agar lebih kompeten, bermartabat, dan sejahtera. Pengembangan keprofesian guru dilakukan dengan dua model, yakni model daring dan model tatap-muka. Berkenaan dengan model daring, para guru dianjurkan untuk aktif mengikuti pembinaan secara daring dengan mengakses situs P4TK.
Sementara itu, secara tatap-muka, berbagai pusat belajar yang dibangun USAID di daerah kab/kota hendaknya menjadi semacam work station bagi para guru untuk secara terus-menerus mengembangkan kepofesian diri.
Kidup Supriadi, Kepala Sub Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kemenag pusat, mengaku, dalam pengelolaan pendidikan dan tenaga kependidikan, Kemenag memusatkan perhatian pada pengembangan keprofesian guru (PKB). Kemenag selalu bersinergi dengan kemendikbud untuk PKB. Bantuan USAID PRIORITAS dalam pengembangan keprofesian guru madrasah sangat penting karena USAID menawarkan pola PKB yang memungkinkan guru madrasah mengalami peningkatan keprofesian diri.
Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, sebut komunitas belajar (learning community) atau komunitas praktik (community of practice) merupakan wahana potensial untuk menopang peningkatan kapasitas dan profesionalitas guru. Pelatihan guru seyogianya dijalankan secara berbasis komunitas belajar, yakni ruang belajar beragam praktik pendidikan yang baik.
Guru dapat memanfaatkan tunjangan sertifikasi untuk mendanai dirinya mengembangkan diri melalui komunitas belajar. Pemerintah dapat menyiapkan peraturan guna mendorong para guru memaksimalkan komunitas belajar atas biaya mandiri. Erna yakin proses PKB melalui KKG/MGMP dan komunitas belajar lain akan jauh lebih efektif dan efisien bagi peningkatan keprofesian guru.
Rina Mutaqinah, perwakilan dari LPMP Jabar, klaim program USAID PRIORITAS sangat sejalan dengan pendekatan LPMP dalam pengembangan keprofesian guru.
Pihaknya melakukan pembinaan sekolah rujukan sebagai sekolah model. LPMP rutin melakukan pemetaan mutu dan analisis kebutuhan sekolah dalam rangka menyusun program pelatihan guru yang sesuai kebutuhan sekolah. Juga seperti USAID, LPMP memanfaatkan learning communityuntuk menumbuhkan budaya mutu di tingkat sekolah. Pihak LPMP menggalakkan pendampingan sekolah agar memenuhi standar mutu.
Mark Heyward, penasehat USAID PRIORITAS bidang tatakelola dan manajemen pendidikan, menyarankan, perlu dijalin koordinasi yang erat dan sistematis antara para pihak yang terkait dengan pengembangan keprofesian guru, seperti kemendikbud, kemenag, LPMP, dan P4TK. Juga perlu koordinasi yang terjalin antara berbagai pemangku kepentingan di level provinsi dan di tingkat daerah kab/kota. Berbagai pihak yang berwenang, kompeten, dan bertanggung jawab pada peningkatan profesionalitas guru seharusnya berkoordinasi dan tidak bekerja sendiri-sendiri. Jangan sampai setiap pihak asyik sendiri menyelenggarakan berbagai model pendidikan dan pelatihan guru, sehingga satu sama lain cenderung tidak singkron. “Koordinasi semacam ini memungkinkan PKB menjadi jauh lebih efektif dan efisien,” ucapnya.
M. Ali Ramdhani, Wakil Rektor bidang kerjasama UIN Sunan Gunung Djati Bandung, membuka peluang kerjasama UIN dengan pemerintah kab/kota dalam program PKB. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan memiliki SDM yang baik untuk membantu daerah kab/kota meningkatkan kompetensi guru madrasah. Pada prinsipnya, kata Ali, kerjasama kelembagaan UIN dengan pemda/pemkot kiranya merupakan kerjasama setara dalam suasana kemitraan. Seperti USAID, kata Ali, UIN menyebut madrasah sebagai madrasah mitra bukan madrasah binaan. [DS]
___________________________________________________________________________________
Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) adalah program lima tahun yang didanai oleh United States Agency for International Development (USAID) dan didesain untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia. USAID PRIORITAS adalah bagian dari program kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat. Program ini telah diterapkan di sembilan Provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat).
Post a Comment