Ronen Bekkerman |
Dalam dan luar diri kita berbeda.
Bentuk, lekuk, suara, dan langkah yang tak serupa.
Jika bentukmu bulat, aku ini pipih, dan mereka di antara kita.
Lekukmu memang halus, sementara aku kaku dan kasar.
Mereka... mungkin memiliki lekuk lebih halus darimu.
Untuk suara, aku tak bisa berbangga.
Kau bisa dengar sendiri bahwa suaraku tak melebihi dari langkah.
Langkah yang hati-hati yang berusaha tak menginjak siapapun.
Suara yang pelan yang tak memiliki kekuatan untuk memekakkan siapapun.
Kuatur demikian karena aku tak ingin suaraku melebihi langkahku.
Berbeda dengan kamu dan dia yang memiliki rongga udara lebih luas.
Suaramu begitu lantang, hingga mampu menggetarkan.
Suaramu mengaum seperti singa yang tengah kelaparan.
Aku pun sadar kalau auman membutuhkan banyak energi.
Yang akhirnya membuatmu sejenak harus mengistirahatkan diri.
Tak serupa memang tak sama.
Tapi itulah yang seharusnya menguatkan kita.
Mengaumlah, maka aku akan melangkah maju saat kau beristirahat.
Kita belajar bersama untuk merebut dunia.
Tapi, singa memang cenderung membuat kelompok sendiri.
Kau lebih suka mengaum bersama-sama dengan yang serupa agar auman itu lebih kuat.
Lalu sama-sama melepas lelah.
Aku yang tak bisa mengaum, terus berusaha melangkah walapun massa kian bertambah.
Sambil sesekali mencuit, mencicit, mengeong, ataupun mengonggong.
Kulakukan sebiasaku, ketika langkahku sudah mulai bergerak maju.
Tapi jika belum bisa melangkah sama sekali, akupun diam.
Rasanya malu untuk bersuara di tengah suara kalian yang begitu lantang.
Post a Comment