{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}



Windie (18 tahun), anak tunggal dari seorang kaya raya, seorang gadis metropolis yang terbiasa dengan kehidupan mewah perkotaan. Sejak kecil orangtuanya selalu memanjakan. Hingga akirnya ketika besar ia menjadi seorang yng egois dan menjadi raja di rumahnya sendiri. Namun karena teramat sayang, orangtuanya selalu mengalah.

Ketika beranjak kuliah, hampir tiap malam Angi tak pernah ada di rumah untuk bersenang-senang dan menghabiskan uang orangtuanya. Hampir tiap kesempatan, jika ia berkenalan dengan lelaki, ia melakukan hubungan seks. Sudah banyak pria yang mengajaknya tidur dan bersenang-senang. Windie selalu mau, karena ia menganggap hal itu adalah hal yang wajar jika hidup di era globalisasi yang semuanya sudah serba canggih.

Suatu ketika Windie merasa badannya lemas, kepala pusing, dan selalu ingin muntah. Ia pun panik bukan main ketika ia mengetahui kalau ia hamil. Sebenarnya Windie sudah berusaha menutupi kehamilan itu dari keluarganya dan berniat menggugurkan kandungannya. Namun, belum sempat ia menggugurkan kandungannya, keluarga Windie sudah mengetahui berita kehamilan Windie. Orangtua Windie sangat marah ketika mereka bertanya kepadanya mengenai siapa ayah dari anak yang dikandungnya dan ia menawab tidak tahu. Akhirnya dengan terpaksa Windie dinikahkan dengan seorang pria anak dari rekan kerjanya.

Setelah menikah gaya hidup Windie tidak berubah, ia pun menggugurkan kandungannya meski suaminya sudah melarang. Ia juga mulai kembali sering keluar malam untuk senang-senang, seks bebas, dan mabuk-mabukan.

Suatu malam Windie kepergok oleh suaminya sedang bercumbu di dalam kamar rumahnya. Suaminya marah-marah dan memukul lelaki yang menjadi teman selingkuhannya Windie. Saat itu justru Windie sangat marah dan memukul suaminya. Windie meminta suaminya  menceraikannya hingga talak tiga, ia juga mengusir suaminya dari rumahnya sendiri. Karena sangat marah dan teramat kecewa suaminya pun menyanggupi permintaan Windie. Dengan sedih suaminya meninggalkan rumahnya.

Di lain hari, Windie sedang berhenti di pinggir jalan karena  mobilnya mogok. Ketika ia sedang kebingungan, ternyata ada seseorang yang mengambil dompetnya yang terjatuh di bangku mobil. Di sini Windie tahu dan langsung berteriak dan mengejar orang itu. Terjadi kejar-kejaran sampai akhirnya Windie kehilangan pencuri itu. Ketika ia selesai dan sedang bejalan ia melihat orang yang mencuri dompetnya tadi akan mencopet seorang lelaki, dan dia adalah Irwan. Windie langsung teriak dan akhirnya pencopet itu tertangkap. Di sini Irwan merasa kalau Windie sangat baik sudah menolongnya. Karena Windie adalah seseorang yang sangat gila dengan pria tampan dan melihat ketampanan  Irwan, di situ Windie langsung mengajak Irwan berkenalan. Namun, karena sejatinya Irwan adalah seorang yang pemalu, ia pun malu-malu ketika diajak Windie kenalan, walau akhirnya mereka berkenalan.

Irwan secara tiba-tiba menceritakan kalau dia akan menikah. Semua temannya awalnya nggak setuju, terutama Fitri, tetapi akhirnya mereka hanya bisa ikut senang dan mendoakan ketika mendengar cerita dari Irwan yang menggebu-gebu dan penuh dengan keceriaan. Di tempat lain, Windie sedang mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Windie bilang ke teman-temannya kalau ia menikah dengan Irwan hanya karena tergiur merasakan bagaimana berhubungan dengan lelaki tampan yang miskin, karena ia merasa sudah sering berhubungan dengan lelaki tampan yang kaya.

Saat pernikahan akan digelar, seluruh keluargan Irwan baru tahu kalau Windie adalah seorang janda dan sedang mengurus perceraian. Seluruh keluarga dan teman-temannya sangat kaget dan mempertanyakan kembali kepada Irwan. Dengan tenang dan sangat yakin Irwan pun berkata kalau dia akan sangat bahagia bila menikah dengan Windie. Dan ia percay bahwa setiap orang dapat berubah menjadi lebih baik jika sudah waktunya. Keluarganya pun nggak bisa berbuat apa-apa dan mengikuti kemauan Irwan. Akhirnya hari pernikahan pun tiba. Irwan terlihat sangat senang saat menikah. Semua keluarga dan teman-temannya juga menjadi senang saat Irwan sangat terlihat bahagia.

Seminggu berlalu, Windie sudah kembali mabuk-mabukkan dan bermain dengan lelaki lain. Saat itu kakak Irwan melihat dan sangat kaget sekali. Sementara di saat yang sama Irwan bercerita kepada temannya kalau dia sangat senang dan bahagia menikah dengan Windie. Saat Irwan pulang, kakaknya bercerita kalau istrinya berbuat yang tidak benar. Irwan tidak percaya, tetapi akhirnya ia menanyakan kepada Windie dengan baik-baik. Saat itu ternyata Windie justru marah-marah padanya.

Kejadian terus berulang seperti itu. Kakak dan Ibu Irwan sering memergoki Windie mabuk dan bersenang-senang dengan lelaki yang terus berganti-ganti. Keluarganya mulai berbicara kepadanya kalau sebaiknya ia menceraikan istrinya itu. Irwan tetap percaya kalau istrinya nggak melakukan hal seperti itu. Walau akhirnya Irwan mengetahui dan melihat dengan mata kepala sendiri kalau istrinya sedang bercumbu dengan lelaki lain di rumahnya, Irwan tetap terlihat sangat sabar, walapun ia sering diarahi dan disuruh-suruh istrinya bagai pembantu karena memergoki suaminya bercumbu dengan lelaki lain. Hari-hari Irwan mulai kelabu dan Irwan mulai sakit-sakitan. Windie mulai sering pergi dengan lelaki untuk berhari-hari dan selalu marah-marah dan menyuruh ketika pulang.

Fitri  akhirnya tidak sengaja bertemu dengan tetangga Irwan. Seorang tetangga Irwan itu menceritakan semua yang dialami Irwan. Fitri sangat terkejut mendengarnya dan merasa sangat sedih kenapa temannya menderita seperti itu. Beberapa minggu kemudian akhirnya ia bertemu dengan Irwan yang sedang bekerja sebagai seorang tukang ojek. Irwan dengan cerianya bercerita kalau ia sangat senang memiliki istri Windie. Irwan berusaha menutupinya dengan keceriaannya, walau sebenarnya tubuhnya semakin kurus dan sedang sakit. Hasma mencoba memancing Irwan bercerita, tetapi Irwan tetap menceritakan kebaikan istrinya.

Semua kejadian sama bagi Irwan, yaitu hari-hari kelabu. Windie sangat jarang pulang dan jika pulang ia selalu dengan mabuk-mabukan dan selalu bersama dengan lelaki lain. Irwan pun terus saja dianggap pembantu oleh Windie. Sampai akhirnya Irwan masuk ke rumah sakit karena penyakit yang dideritanya sudah sangat kronis, dan Windie tidak berada di sampingnya. Bu Ida, Fitri, dan keluarga Irwan sangat sedih melihat itu semua, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena Irwan terus saja menganggap kalau Windie adalah orang yang sangat baik. Bu Arni sangat sedih dan memeluk Fitri. Namun di situ Irwan malah berkata kalau semuanya jangan sedih, takdir itu di tangan Tuhan. Tuhan sudah menggariskan jalan kehidupan tiap manusia. Jika disyukuri makan semuanya akan menjadi indah pada waktunya.Tidak lama kemudian Irwan meninggal dunia dengan tersenyum, sementara yang lain menangis melepas kepergiannya.

Post a Comment

Powered by Blogger.