{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Jakarta (Pinmas) —- Gula-gula adalah salah satu jenis makanan enak yang sangat digemari anak-anak. Saking gemarnya, tidak jarang anak-anak sampai sakit karena tingkat konsumsinya yang sangat banyak.

Korupsi pada tataran tertentu juga bak gula-gula bagi keserakahan penguasa. Sadar bahwa ujung korupsi adalah bencana, para pemegang kekuasaan kadang terkesan seakan tak peduli dengan resiko yang harus ditanggungnya. Faktanya, korupsi terus terjadi meski penegak hukum terus mengupayakan pemberantasan.

Tentang gula-gula ini, salah satu pimpinan KPK Laode Moh Syarif mempunyai versinya tersendiri. Sebagai salah satu pimpinan lembaga antirasuah, Laode Moh Syarif mengaku terinspirasi dengan kisah gula-gula yang dibacanya dari buku Autobiografi Mahatma Gandhi yang berjudul An Autobiography OR the Story of My Experiment with Truth.

Menurut Laode, pada salah satu bagian  buku itu, ada kisah yang membekas dalam hatinya. Kisah inspiratif ini diceritakan Laode saat memberikan sambutan pada Seminar “Kekuatan Perempuan, Inspirasi Perubahan” yang diselenggarakan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Itjen Kementerian Agama bekerjasama dengan Australia-Indonesia Partnership for Justice dan Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) di Gedung Itjen Kemenag, Jakarta, Selasa (01/03).  

Hadir dalam kesempatan ini,  Menag Lukman Hakim Saifuddin, Irjen Kemenag M. Jasin, Ketua Dewan Pembina DWP Kemenag pusat Trisna Willy Lukman, Ketua DWPKemenag pusat Endah Nur Syam, perwakilan Dubes Australia Lucia Pietropaoli, Juru Bicara KPK Yuyuk Andriati Iskak, Gandjar Laksmana Bonaparte dari Tim SPAK, dan 26DWP Kanwil Kemenag Provinsi.

Dikisahkan Laode, Mahatma Gandhi memiliki tetangga seorang janda dengan satu orang anak yang berumur 10 tahun. Anak janda tersebut agak bandel, terlihat dari sikapnya yang suka tidak nurut dengan nasihat ibunya. Salah satu kebiasan jelek anak ini adalah makan gula. Hal itu mengkhawatirkan sang bunda karena takut anaknya sakit disebabkan terlalu banyak makan gula-gula. 

Tahu kalau Mahatma Gandhi suka memberikan nasihat, janda itu pergi ke rumahnya untuk meminta nasihat. “Mahatma tolong nasihati anak saya. Saya sudah larang jangan kebanyakan makana gula, tetapi selalu makan gula,” katanya.
“Tolong kamu datang dua minggu lagi,” jawab Mahatma terkait permohonan sang janda.

Sang ibu pulang. Dua minggu kemudian, dia kembali ke rumah Mahatma Gandhi untuk menyampaikan permintaan yang sama agar tokoh India ini mau menasihati anaknya untuk tidak terlalu sering makan gula-gula.

Sesuai janjinya, kali ini Mahatma Gandhi menerima permintaan sang janda. Kepada anaknya, Mahatma Gandhi berkata, “Nak, jangan sering makan gula karena itu tidak bagus untuk kesehatan kamu. Ikuti apa kata-kata ibu.”

Hanya dengan nasihat sederhana dari Mahatma Gandhi itu, sang anak berhenti makan gula. Penasaran, tiga hari kemudian sang ibu kembali ke rumah Mahatma Gandhi dan bertanya. “Mahatma, mengapa kamu harus menyuruh saya dua minggu untuk menunggu sebelum kamu menasihati anak saya?”

Kata Mahatma Gandhi, “Mohon maaf, karena dua minggu yang lalu, saya juga masih makan gula.”

“Jadi jangan sekali-kali menasihatkan sesuatu yang kamu tidak bisa kerjakan!” tutup Laode Moh. Syarif disambut tepuk tangan hadirin. (mkd/mkd)

Post a Comment

Powered by Blogger.