{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

virus Zika (hijau) menginfeksi saraf progenitor manusia dan menyebabkan kematian sel (merah) microcephaly.

Laboratorium - Pertumbuhan sel-sel saraf manusia, yang dapat mengahasilkan/memunculkan berbagai jenis neuron dan glia yang ditemukan di otak, dapat terinfeksi dan dibunuh oleh strain virus Zika, menurut laporan yang diterbitkan hari ini (4 Maret) di Cell Stem Cell.

Studi tersebut, meskipun masih pada tahap awal, memberikan saran pertama terkait bagaimana infeksi Zika pada ibu hamil dapat mengakibatkan microcephaly pada bayi mereka.

"Studi ini menunjukkan bahwa neuron manusia - seperti sel-selnya dapat terinfeksi virus Zika dan infeksi tersebut dapat menyebabkan kematian, juga berkurangnya pertumbuhan sel-sel yang terinfeksi," kata ahli mikrobiologi dan imunologi Andrew Pekosz dari Johns Hopkins University yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

"Hal ini penting karena dapat menjadi cara untuk mempelajari kerusakan yang disebabkan secara langsung oleh infeksi," lanjutnya.

Jumlah bayi yang lahir dengan microcephaly - memiliki kondisi neurologis di mana otak dan tengkorak gagal tumbuh secara normal - telah meningkat secara dramatis di Brasil sejak akhir 2015. Infeksi virus Zika diduga kuat menjadi penyebab wabah di negara tersebut. Akan tetapi, meski virus Zika telah terdeteksi dalam cairan ketuban dari dua bayi dan jaringan otak dari satu janin dengan microcephaly, sejauh ini, tidak ada hubungan sebab akibat antara kondisi patogen dengan nyamuk yang menyebarkannya.

Ahli saraf dan neuroscientist, Guo-li Ming, dari Johns Hopkins School of Medicine - seorang ahli dalam perkembangan otak manusia dan gangguan mental- mengatakan hal tersebut karena menganalisis perkembangan otak manusia yang secara praktis sebenarnya tidak mungkin. Ia pun menggunakan sel saraf progenitor manusia yang berasal dari sel induced pluripotent stem (iPSCs) sebagai sistem model.

Mendengar tentang krisis Zika - microcephaly di Brasil, Ming menyadari bahwa ia memiliki kesempatan unik untuk menguji apakah mungkin sel-sel saraf progenitor manusia rentan terhadap infeksi. Bermitra dengan para ilmuwan di Florida State University yang mempelajari virus Zika, tim Ming menanamkan (menginokulasi) saraf progenitors serta iPSCs manusia, sel-sel induk embrionik dan neuron dewasa, dan membandingkan tingkat infeksi yang dihasilkan.

Dari hasil tersebut, sementara ini, kurang dari 20 persen dari iPSCs, sel-sel induk embrionik dan neuron menjadi terinfeksi, infeksi saraf progenitors menjadi yang "benar-benar mencolok," kata Ming. Hingga 90 persen dari sel-sel yang mengandung virus dan "apa yang sedikit menakutkan bagi kami," katanya, "adalah bahwa kami mendapati sel-sel progenitor ini benar-benar dapat memuntahkan lebih (banyak) virus"- yang berpotensi untuk lebih banyak menginfeksi sel-sel progenitor.

Ming dan koleganya menunjukkan bahwa infeksi progenitor dapat membunuh sel-sel atau memperlambat proliferasi (spread) mereka secara signifikan.

Saraf progenitor "menimbulkan populasi yang lebih besar dari neuron dan sel glial otak," kata Ming.

"Jadi, jika mereka terinfeksi dan mereka mati atau mengalami pertumbuhan yang lamban, kami berpikir hal tersebut bisa berdampak pada neuron di mana mereka (sel tersebut) diproduksi," katanya.

Sampai sekarang, bagaimanapun, tim tidak memiliki bukti yang menunjukkan bagaimana infeksi tersebut dapat memengaruhi perkembangan otak.

"Temuan laboratorium tersebut mungkin dapat menjadi awal untuk mulai menggali beberapa mekanisme yang memungkinkan virus Zika untuk menjangkiti dan merusak jaringan otak," kata ahli virus Ian Mackay dari University of Queensland di Brisbane, Australia, yang tidak berpartisipasi dalam penelitian.

"Akan tetapi, mereka sudah berada satu langkah di jalan panjang untuk memahami mekanisme pada manusia dan harus dipertimbangkan dengan hati-hati dan (tetap) dalam konteks," ujarnya.

Untuk satu hal, kata dia, strain virus yang digunakan dalam penelitian tersebut berbeda dengan virus yang bertanggung jawab atas wabah yang sedang berlangsung di Amerika Latin.

"Tidak jelas apakah virus lab ini masih berperilaku dengan cara yang sama seperti yang dilakukan virus Zika (yang) saat ini menjangkiti nyamuk dan manusia yang terinfeksi di Brasil," katanya. Mackay menambahkan bahwa sel-sel IPSC - yang berasal sel saraf tumbuh dalam perkembangan kuman "mungkin tidak menghasilkan hasil infeksi yang secara akurat (namun) mencerminkan proses penyakit pada manusia."

Agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari mekanisme penyakit yang potensial, tim Ming berencana untuk menguji apakah sel-sel saraf progenitor yang terinfeksi menyebabkan perkembangan abnormal dari otak organoids - perkembangan kuman otak mini berasal dari iPSCs manusia.

"Tapi, tetap ini tidak akan memberitahu Anda secara langsung jika itu yang terjadi selama kehamilan," katanya, "Pada akhirnya, bukti harus datang dari klinik."

Memang, Mackay menyepakati, "masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memahami apakah virus Zika mampu menyebabkan penyakit atau dengan diagnosis yang berdasarkan dugaan terkait penyakit tersebut," sebagaimana dilansir he-scientist.com.

Post a Comment

Powered by Blogger.