{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}


Dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kementerian Perindustrian mendorong industri nasional mengembangkan hilirisasi produk pertanian . Di samping itu, melalui hilirisasi, para pelaku agribisnis akan mendapatkan nilai tambah dan jaminan pasar yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Dalam Kebijakan Industri Nasional, pengembangan industri hulu agro dan industri berbasis agro merupakan peluang besar bagi pelaku agribisnis untuk mengembangkan usaha ke depannya,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin ketika mengunjungi Agrinex Expo ke 10 di Jakarta, Jumat sore (1/4).

Bahkan, diharapkan juga ke depannya, hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Untuk itu, melalui Agrinex Expo ini, saya mengharapkan terjadi peluang-peluang bisnis yang menjadi jembatan sinergi antara industri pengolahan dengan sektor pertanian sebagai penyedian bahan baku,” tegas Menperin.

Hal tersebut sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahap pertama (2015-2019), yaitu meningkatkan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu berbasis agro. Selanjutnya diikuti dengan upaya pembangunan industri pendukung dan andalan secara selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang industri serta meningkatkan penguasaan teknologi.

Menurut Menperin, industri hulu agro yang perlu dikembangkan pada tahap pertama RPJPN, antara lain industri oleofood atau produk turunan yang berasal dari minyak nabati, industri oleokimia yang bisa diproses lebih jauh menjadi alternatif sumber energi, serta industri kemurgi yaitu industri yang menerapan ilmu kimia pada pengusahaan lahan pertanian untuk menghasilkan produk yang bukan bahan makanan, misalnya kacang kedelai untuk pembuatan plastik.

“Saat ini peluang yang sedang berkembang bagi para pelaku agribisnis adalah munculnya teknologi baru dalam industri kemurgi yang dapat merubah paradigma berusaha,” ujarnya. Ia menjelaskan, belakangan ini telah ditemukan teknologi baru yang memanfaatkan tanaman tembakau untuk membuat serat tekstil dan zat pewarna alami. Hal ini bila diterapkan akan menggeser paradigma industri tekstil dan pertanian tembakau ke arah industri yang aman dan ramah lingkungan atau biasa disebut industri hijau.

Sedangkan, untuk industri pangan sebagai sektor andalan dalam negeri, Kemenperin mendorong pengembangannya, antara lain melalui industri pengolahan ikan, industri pengolahan susu, industri bahan penyegar, industri pengolahan minyak nabati, industri pengolahan buah-buahan dan sayuran, serta industri gula berbasis tebu.

Peran industri manufaktur

Sebelumnya pada pembukaan Agrinex Expo, Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kemenperin Dharma Budhi mengatakan, untuk menciptakan kedaulatan pangan dan kedaulatan ekonomi bangsa Indonesia diperlukan sinergitas dengan pelaku industri manufaktur. Sementara itu, menurut World Economic Forum, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang memilikimultiplier effects tertinggi terhadap perekonomian sekaligus penggerak utama pengembangan pengetahuan dan penciptaan lapangan kerja.

Pada tahun 2010, industri manufaktur mampu memberikan lapangan pekerjakan lebih dari 476 juta orang dan menyumbang sebanyak 17 persen GDP dunia. “Namun demikian, manufaktur merupakan kegiatan yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti tekanan pasar, kemampuan produksi dan sumber daya. Juga dipengaruhi oleh munculnya trend globalisasi, global value chains, penyebaran teknologi digital dan perjanjian perdagangan,” paparnya.

Oleh karena itu, industri nasional harus meningkatkan daya saingnya sehingga mampu menghadapi pasar bebas seperti pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memiliki lebih dari 600 juta penduduk teritegrasi, dimana Indonesia merupakan pasar ekonomi terbesar di kawasan ASEAN dengan berkontribusi sebesar 41 persen. “Selain itu, Indonesia juga diperhitungkan sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia, malah oleh Mc. Kinsey diprediksi pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi negara yang termasuk dalam tujuh besar dunia dalam hal ekonomi,” tutur Dharma Budhi.

Selanjutnya data juga menunjukkan, struktur perekonomian Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2015, didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: industri pengolahan sebesar 20,84 persen; pertanian, kehutanan dan perikanan 13,52 persen; serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 13,29 persen.

“Sedangkan, apabila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015, industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,92 persen, diikuti konstruksi sebesar 0,64 persen, dan pertanian sebesar 0,53 persen,” pungkasnya. (kemenperingo.id)

Post a Comment

Powered by Blogger.