{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}



Menanggapi pernyataan yang dikeluarkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada pekan lalu dan disiarkan televisi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (04/04/2016) waktu setempat menyatakan kesediaannya bertemu dengan Abbas.

Pernyataan Netanyahu tersebut dikeluarkan setelah wawancara oleh televisi Israel Channel 2 dengan pemimpin Palestina. Dalam wawancara itu, Abbas mengatakan ia bersedia bertemu dengan Netanyahu demi mewujudkan kesepakatan perdamaian.

"Saya masih mengulurkan tangan kepada Netanyahu sebab saya percaya pada perdamaian. Saya percaya orang Israel mengingini perdamaian dan orang Palestina menghendaki perdamaian," kata Abbas.

Beberapa hari setelah itu, dalam satu pertemuan di Jerusalem, Netanyahu mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Ceko Lubomir Zaoralek bahwa ia mengundang Abbas untuk bertemu dengannya.

"Beberapa hari lalu, di televisi Israel, saya mendengar Presiden Abbas mengatakan bahwa jika saya mengundang dia untuk bertemu, ia akan datang," katanya.

"Saya mengundang dia lagi. Saya telah menjelaskan jadwal saya pekan ini," kata Netanyahu, di dalam pernyataan yang disiarkan kantornya, sebagaimana dikutip Xinhua.

Netanyahu menekankan hal pertama dalam agenda ialah diakhirinya "kegiatan hasutan Palestina untuk membunuh orang Israel".

Ia merujuk kepada kerusuhan yang telah berlangsung selama enam bulan oleh warga Palestina, termasuk penikaman yang sering terjadi, penembakan, dan serangan dengan menabrakkan mobil --yang merenggut 28 nyawa warga Israel.

Pada saat yang sama, sedikitnya 190 orang Palestina tewas oleh tembakan Israel, kebanyakan di tengah serangan dan upaya serangan, kata penguasa Yahudi tersebut.

Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam Perang Timur 1967 dan telah menguasai kedua wilayah tersebut sejak saat itu, dalam tindakan yang dikutuk oleh masyarakat internasional.

Beberapa babak pembicaraan perdamaian untuk mengakhiri pendudukan tersebut telah gagal. Babak pembicaraan paling akhir membentur kebuntuan pada April 2014 mengenai perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan pemerintah persatuan antara faksi Fatah dan HAMAS. (zonalima.com)

Post a Comment

Powered by Blogger.