{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}


FIFA mengonfirmasi bahwa Indonesia dan Kuwait masih dilarang untuk memberikan suara pada pemilihan presiden FIFA pada Jumat (26/02/2016) karena masih terkena skors, di mana hal tersebut dapat menjadi hantaman bagi kandidat kuat Sheikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa.

Sheikh Salman adalah anggota Kerajaan Bahrain yang mengepalai Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) di mana Indonesia dan Kuwait menjadi anggotanya.

Ia mendapat dukungan dari komite eksekutif AFC dan mengincar blok dukungan dari benua itu pada persaingan ketat melawan penantang utamanya Gianni Infantino, yang merupakan pelaksana ketua sepak bola Eropa.


Dua per tiga suara mayoritas sangat dibutuhkan untuk mengamankan kemenangan di pemilihan putaran pertama, yang kelihatannya akan sulit diraih kandidat manapun, sehingga pemilihan dapat berlangsung dalam dua putaran.

Jadi, diperlukan suara mayoritas untuk memenangi pemilihan pada putaran kedua.

Kecuali dua anggota yang diskors, 207 anggota FIFA lainnya berhak mengikuti pemungutan suara pada kongres di Zurich.

Pada pertemuan yang berlangsung pada Rabu (24/02/2016), komite eksekutif FIFA menyatakan, "Merekomendasikan Kongres Luar Biasa dipilih pada Jumat dengan kedua kasus akan diselesaikan pada Kongres biasa selanjutnya di Meksiko, pada Mei".

Hal tersebut berarti para petinggi FIFA masih tetap memutuskan bahwa dua skors tersebut masih dikenai kepada Indonesia dan Kuwait. Terkait skors itu, baru kembali ditinjau dalam tiga bulan ke depan.

Pada pertemuan kongres yang akan dilakukan pada Jumat, negara mana pun dapat memperdebatkan terkait sanksi yang diberika kepada Indonesia dan Kuwait.

Akan tetapi, menyusul keputusan komite eksekutif, kemungkinan besar tidak akan ada debat lebih lanjut yang dapat membuat status kedua negara tersebut dipulihkan sehingga dapat mengikuti pengambilan suara.

Indonesia diskors dari sepak bola internasional pada Mei setelah pemerintah berupaya untuk mengganti asosiasi sepak bola negaranya. Sementara Kuwait diskors pada Oktober karena pemerintah mereka diduga mengintervensi sepak bola di negara Teluk itu, demikian AFP, demikian zonalima.com.

Post a Comment

Powered by Blogger.