{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}



TJARITJARI.COM - Google terus berusaha untuk kembali masuk pasar China dan terus melakukan pembicaraan dengan otoritas Beijing, sebagaimana diutarakan seorang anggota parlemen senior China dan seorang manta pejabat yang mengetahui prihal negosiasi tersebut.

"China telah melakukan komunikasi dengan Google melalu berbagai saluran. Tahun lalu, pimpinan pepartemen penting China sudah melakukan komunikasi lebih lanjut dengan (red, pihak) Google," ujar seorang standing committee member of the National People’s Congress and former head of the General Administration of Press and Publication, Liu Binjie.

China membutuhkan pikiran terbuka - bukan memblokir internet.

Di sela-sela sidang pleno tahunan China di Beijing, Jumat (10/03/2017), Liu mengatakan kepada Sunday Morning Post bahwa Google Scholar, mesin pencari untuk literatur ilmiah, menjadi salah satu layanan dalam daftar perioritas Beijing saat Google masuk kembali.

Beberapa harapan yang muncul dengan kembalinya Google masuk ke China yakni, kemajuan akademik.

"Fokus China adalah pada [membuat] kemajuan akademik, seperti pertukaran akademis serta [pertukaran] ilmu pengetahuan dan kebudayaan, bukan berita, informasi, atau politik," tutur Liu.

Namun saat ini, lanjut Liu, belum ada jadwal lebih lanjut yang telah diatur untuk kembali bertemu dengan Google.
[next]


Sejak Google menarik mesin pencarinya dari China Daratan pada 2010, usai pertengkaran sengit dengan Beijing atas ketatnya aturan sensor, raksasa internet tersebut lambat laun mulai menyatakan keinginannya untuk berani kembali ke pasar internet terbesar di dunia.

China sendiri masih memiliki 721.000.000 pengguna dan jumlah ini masih terus berkembang. Pada 2015, Ketua Eksekutif Alphabet, Eric Schmidt, mengatakan dalam Konferensi Teknologi di Beijing bahwa Google terus berdialog dengan Beijing dalam usaha mereka untuk "melayani seluruh China". Alphabet sendiri merupakan perusahaan induk Google.

Namun ada beberapa kesempakatan yang hingga saat ini belum tercapai antara Google dan otoritas China, terkait prinsip China bahwa Google harus beroperasi sesuai dengan hukum yang berlaku di China, jika ingin kembali memasuki pasar China Daratan. Namun demikian, jika Google menyetujui persyaratan tersebut, maka Google akan membahayakan peraturan operasi global dan image mereka sebagai platform yang adil dan terbuka.

Liu pun menambahkan bahwa regulator perdagangan telah ikut terlibat dalam negosiasi yang telah berlangsung sejak 2014 itu.

Bulan lalu, sebuah gerai berita teknologi Informasi yang berbasis di AS pun melaporkan bahwa Google tengah dalam pembicaraan dengan NetEase, yaitu operator game online terbesar kedua di China, untuk membentuk usaha untuk meluncurkan aplikasi Google Play Store di negeri itu. (scmp)

Post a Comment

Powered by Blogger.