{facebook#https://www.facebook.com/tjari.tjari.102} {twitter#https://twitter.com/tjaritjariID} {google#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {pinterest#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {youtube#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL} {instagram#YOUR_SOCIAL_PROFILE_URL}

Struktural Greimas

Teeuw mengatakan bahwa pendekatan struktural merupakan pekerjaan pendahuluan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sastra sebelum ia melakukan analisis lebih lanjut terhadap suatu karya sastra[1]. Teeuw berpendapat karya sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri. Analisis struktural juga dilakukan agar diperoleh kesistematisan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap karya sastra, sehingga analisis selanjutnya yang hendak dilakukan menjadi lebih mudah.
Sementara itu, Hawks (1978) mengatakan bahwa strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur. Perihal struktur, Jeans Peaget menjelaskan bahwa di dalam pengertian struktur terkandung itu gagasan pokok yaitu:
Pertama, gagasan keseluruhan dalam arti bahwa bagian-bagian atau anasirnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua gagasan tranformasi yaitu struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan mandiri yang tidak memerlukan hal-hal  dari luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya: struktur otonom terhadap rujukan sistem lain atau terhadap tiga gagasan itu.[2]

Hal di atas yang menjadi kelebihan dari pendekatan struktural, bagaimana karya sastra dapat dianalisis dengan mudah dalam karya sastra itu sendiri tanpa memerlukan pengetahuan lain seperti ilmu sosial, psikologi, ataupun sejarah. Akan tetapi, pendekatan struktural lebih mendekatkan pemikiran terhadap karya sastra itu sendiri. Namun sebaliknya, kelemahan dari pendekatan struktural itu sendiri adalah terlepasnya dari aspek sosial budaya dan menjauh dari konsep sejarah dikarenakan pendekatan tersebut berdiri sendiri yang hanya menganalisis unsur-unsur yang ada dalam karya sastra tersebut tanpa ada campur tangan unsur lain. 
Penggunaan teori struktural model Greimas dalam penelitian ini adalah menelaah struktur cerita dengan mengandaikan bahwa struktur cerita analog dengan struktur sintaksis yang memiliki konstruksi dasar subjek predikat. Dengan demikian, teori Greimas mengembangkan korpus cerita sebagai fungsi yang menerangkan tindakan yang bermakna dan membentuk naratif. Fungsi-fungsi tersebut adalah (1) subjek-objek, (2) pengirim-penerima, dan (3) pembantu-penentang.



[1] A Teeuw, Membaca dan Menilai Sastra, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 61
[2]Jobrohim (ed), Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Hanindita, 2002), hlm. 54-55.

Post a Comment

Powered by Blogger.